Terkini.id, Kendari - Fajar syuruk membuka morofolgi alam Kota Kendari, kabut tipis membalut tumbuhan Perennial. Semilir angin berembus menyegarkan pagi yang baru saja membuka.
Dari atas loteng kontrakan sederhana ini, saya sedang asyik memandangi burung walet (Collocalia fuciphaga) berkencan leluasa di angkasa, kicauan burung kaca mata (Zosterops palpebrosus) turut meramaikan suasana.
Buku bertajuk, “Menjadi Pemuda Bertauhid, Berakhlak dan Berperestasi” buah manis perjuangan Ahmad Rifa’i Rifan menjadi pelengkap pagi yang sangat berenergi ini.
Senyumku mengembang seketika, saat membaca halaman demi halaman, bab demi bab karyanya. Pada halaman awal, saya menemukan sepenggal kalimat yang sangat meningkatkan girohku hari ini.
Kata Bang Ahmad Rifa’I Rifan “Tidak akan ada kesempatan jika kita tidak menyempatkan.” Dari kemesraanku dengan karyanya, maka tergugah hati ini untuk menuangkan tulisan seperti judul yang tertera di atas.
Kok jadi mirip latar belakang skripsi yah. Heheheh! Ahh, fokus kembali aja deh dengan tulisan ini, aku mah gitu orangya nggak suka marah-marah, eh maksudnya nggak suka yang monoton gitu. Hehehe.
Tidak perlu diragukan lagi, menyuntik diri dengan membaca, akan menghasilkan buah karya yang tak pernah terpikir sebelumnya.
Maka pagi ini ingin ku kukatakan pada penduduk bumi bertua ini “Lest star reading our book” karena dengan membaca, kita telah memegang kunci yang bisa membuka berjuta ide yang sedang tergembok oleh kekakuan, seumpama lock and key yang merupakan salah satu teori dari mekanisme kerja enzim.
Pada tahu kan? Mungkin yang masih ingat pelajaran Biologi di SMA masih pada tahu, nanti kalau lupa searching aja, atau boleh ke kontrakan ku, nanti sharing time perihal enzim denganku. Hehehe. Udahan Ril, jangan kemana-mana, tuh para pembaca setia lagi pengen lanjutin bacaannya. Ok bro!
Kembali ke laptop! Tidak akan pernah ada kesempatan jika tidak menyempatkan, begitulah kata Ahmad Rifa’I Rifan (Penulis Best Seller).
Yah, tentu kita semua sepakat dengan pernyataan ini. Kita mengakui bahwa, numpang bernafas di bumi yang semakin menua ini, pasti selalu dilengkapi dengan berbagai macam kesempatan, entah itu kesempatan dalam melakukan kebaikan, maupun kesempatan dalam melakukan kebatilan. Tapi kali ini, saya tidak akan membahas tentang kesempatan dalam hal kebatilan.
Kesempatan untuk melakukan berbagai perbuatan baik adalah potensi yang akan mendatangkan keselematan dalam kehidupan kita.
Pertanyaannya adalah dari sekian banyak kesempatan untuk berbuat baik, apakah kita mengambil kesempatan itu? Apakah kita telah menyempatkannya? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Kawan ku, mungkin kita telah berulang-ulang kali membuat membuat root map bahkan setiap hari melakukan evaluasi. Di kamar-kamar kita, telah terpampang nyata time schedule yang telah kita rekatkan pada styrofoam.
Ada agenda shalat fardu, shalat sunnah, hafalan, qira’a, tilawah, dzikir pagi dan petang, murojaah, puasa Senin dan Kamis, baca buku, menulis, sedekah, silaturahim, majelis ilmu, tadabbur alam dan agenda lainnya.
Maka kukatakan hari ini, semua agenda yang telah kita racik itu, hanya akan menjadi bangkai kertas yang tiada nilai, ia hanya akan menjadi tulisan yang bisa ditatap namun tak akan menata kehidupan kita, jika tidak ada usaha untuk menyempatkan atau take action.
Tiada yang ingin hidup sia-sia, tiada yang mengiginkan mati dibungkus amal buruk yang berat, tiada yang menginginkan terseret dalam jurang api neraka. Fitrah manusia selalu menginginkan kebaikan.
So, mari ubah semua pola kehidupan kita. Tadinya hanya bisa menunggu kesempatan demi kesempatan, sekarang berubah menjadi orang yang selalu menyempatkan, meluangkan waktu bukan menunggu waktu luang.
Hidup di dunia hanya sekali, kata bang Ahad Rifa’I Rifan lagi dalam judul bukunya “Hidup Sekali Berarti, Lalu Mati”.
Jika saat ini, umur kita sudah berkepala dua atau berkepala tiga, namun masih saja belum bisa mewujudkan agenda-agenda kebaikan yang telah diracik sedemikian rupa itu, maka butuh umur berapa lagi, kita akan mampu melakukan semua itu? Butuh kesempatan yang bagaimana lagi agar kita bisa menyempatkan? Let’s Muhasabah.
Let’s use our time propherly! Niatkan karena Allah, lakukan dengan cara-cara yang dicintai Allah dan kembalikan hanya kepada Allah.
Semoga dengan singkatnya tulisan ini, bisa membawa perubahan yang berarti dalam kehidupan saya dan bagi para pembaca setia serta menjadi sinar benderang dalam menapaki jalan kehidupan di bumi yang sementara ini. Semoga bermanfaat!

Penulis : Safril, S.Si
(Founder Pecandu Literasi, Founder Sahabat Qur'an Kampung Inggris Pare dan Mantan Ketua Umum UKM UK Kerohanian Islam Universitas Halu Oleo).










